Sabtu, 14 Mei 2011

INTERAKSI SOSIAL

A. INTERAKSI SEBAGAI PROSES SOSIAL
Interaksi social adalah Hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu yang lain, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok lain, Berdasarkan ayat di atas, bahwa interaksi yang terjadi antar manusia harus saling nasihat menasihati supaya dalam interaksi tersebut tidak terjadi perpecahan.

1. Macam-Macam Interaksi dalam Kehidupan Bermasyarakat
a. Interaksi antara Individu dengan Individu
Interaksi antar dua individu diawali dengan adanya pengaruh, rangsangan atau stimulus yang diberikan oleh salah satu dari individu tersebut. Kemudian, individu yang lainnya akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. Adapun wujud interaksi ini dapat berupa berjabat tangan, tegur sapa, bercakap-cakap.
Dalam interaksi individu dengan individu, sering terjadi perbedaan pendapat, karena menyangkut pribadi masing-masing. Kamu mungkin pernah melihat dua orang manusia yang saling menahan diri, tidak bertegur sapa. Apakah hal tersebut termasuk interaksi? Interaksi sosial semacam itu bisa saja terjadi tanpa adanya ucapan atau berbincang-bincang. Contoh lainnya, dengan kebutuhan afeksi, seorang bayi akan berhenti menangis apabila ia digendong oleh ibunya, atau seorang wanita/pria akan berdiam diri apabila antara keduanya masing-masing ada rasa cinta dan kasih sayang pada pertemuan awal mereka. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.

b. Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Pada saat pergantian pelajaran, biasanya suasana kelas sedikit gaduh. Akan tetapi, setelah guru masuk, kelas kembali tenang. Kemudian, guru menjelaskan langkah pembelajaran dan penjelasan mengenai materi belajar, dan semua siswa tekun mengikuti penjelasan guru. Contoh tersebut merupakan interaksi antara individu dengan kelompok. Contoh lainnya, pada saat upacara bendera, pembina upacara memberikan amanat dan semua peserta upacara mendengarkan lalu memperhatikan. Timbullah reaksi di antara keduanya sehingga terjadi interaksi.
c. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Di lapangan bola voli dua klub sedang bertanding. Setelah menerima umpan dari temannya, pemain depan langsung lompat dan melakukan smash. Pukulan dan loncatan yang ia lakukan adalah untuk kebutuhan kelompok, bukan pribadi. Begitu juga dalam pertemuan konferensi tingkat dunia. Seorang perwakilan salah satu Negara berdebat dengan peserta lain bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk bangsa dan negaranya. Kedua contoh di atas merupakan contoh interaksi antar kelompok.

2. Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Ciri dari interaksi sosial adalah sebagai berikut:
a. melibatkan lebih dari satu orang;
b. terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial;
c. memiliki maksud dan tujuan yang jelas; dan
d. dinamakan melalui suatu sistem sosial tertentu.

3. Manfaat Mempelajari Interaksi Sosial
Coba kamu bayangkan seandainya sekolah tempat kamu belajar selama tiga hari berturut-turut pegawai Tata Usaha tidak masuk. Tentunya urusan tata usaha akan terbengkalai. Atau apabila di sebuah perusahaan, karyawannya mogok kerja, tentu tidak ada barang yang dihasilkan sehingga perusahaan mengalami kerugian.
Berdasarkan contoh di atas, perlukah interaksi sosial? Di dalam interaksi sosial, kita harus mengedepankan naluri dan sudah sewajarnya kita memahami pandangan, keinginan, kebutuhan, dan kesedihan orang lain, dan kita harus pula menjauhi sikap memaksakan kehendak kepada orang lain.

B. SOSIALISASI SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Berikut ini adalah tanggapan mengenai pengertian sosialisasi.
1. Tanggapan tentang Pengertian Sosialisasi
Menurut aliran Empirisme dengan tokoh utamanya John Locke (1632 - 1704) menekankan doktrin dengan istilah tabularasa, dimana doktrin ini menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan, dan pendidikan. Menurut doktrin ini, manusia lahir diibaratkan batu tulis yang masih kosong atau lembaran kosong (blank state atau blank tablet). Mau jadi apa manusia di kemudian hari, tergantung kepada lingkungan dan pengalaman pendidikan yang ia dapatkan. Pengalaman dan lingkungan pendidikan yang akan mempengaruhi masa depan seseorang.
Setelah manusia lahir, secara bertahap ia belajar berbicara, merespon tawa, melangkah, selanjutnya dikenalkan pada norma-norma yang ada di dalam keluarga secara informal. Begitu juga ia belajar untuk membiasakan diri makan pada pagi, siang, dan malam hari. Anak juga dibiasakan untuk mandi pada pagi dan sore hari, dan waktu tidur-bangun dibiasakan tepat waktu.
Ketika anak mulai memasuki dunia sekolah, ia mendapatkan pendidikan tambahan yang bersifat formal. Di dunia ini, anak mulai mengenal dunia luar dengan mengikuti aturan atau kebiasaan yang lebih ketat daripada di rumah. Masa ini merupakan masa orientasi bagi mereka, karena ia baru saja merasakan suasana yang baru. Di sinilah anak dimungkinkan untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Secara kepribadian, anak cenderung untuk dimanja dan selalu ingin dilibatkan atau diperhatikan. Anak juga dididik untuk bergaul dengan teman-temannya, bagaimana ia berinteraksi dengan peraturan-peraturan yang ditetapkan di sekolah.
Begitu pula ketika seseorang menginjak dewasa, ada seperangkat norma dan aturan yang harus diikuti oleh mereka. Ia  harus melakukan adaptasi yang ada di lingkungan barunya.
Berdasarkan uraian di atas dapat simpulkan bahwa sosialisasi adalah suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan berupa cara-cara bertindak dan berinteraksi dalam masyarakat.

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam proses sosialisasi.
a. Tahap Persiapan
Saat manusia dilahirkan. Dia berada pada tahap Tahap ini dimulai dimana ia akan mengenal dunia sosialnya, termasuk dalam persiapan untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya sendiri. Di awal kehidupannya, manusia akan banyak meniru secara tidak sempurna. Contohnya, kata “mama”, ia ucapkan “ma”
b. Tahap Meniru
Tahap meniru disebut juga playstage dimana ia mulai melakukan tiruan secara sempurna, misalnya anak bermain masak-masakan.
c. Tahap Siap Bertindak
Tahap ini disebut juga dengan istilah game stage, dimana anak pada masa ini berperan secara langsung permainan sendiri dengan penuh kesadaran. Pada tahap ini anak akan memiliki partner interaksinya yang makin lama makin banyak.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif
Pada tahap ini manusia mendapatkan dirinya dengan sebutan manusia dewasa. Ia dapat menempatkan dirinya untuk dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik. Ia sudah dapat berperan sebagai bagian dari masyarakat luas.
2. Kepribadian melalui Proses Sosialisasi
Kepribadian dapat diartikan sebagai ciri watak seorang individu yang konsisten yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang mandiri. Kepribadian dapat juga diartikan sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain (Drs. Muhibinsyah, Med. Psikologis pendidikan, 226:1995).
Adapun yang menjadi dasar pokok dari perilaku seseorang adalah:  
ð Faktor biologis, dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian secara langsung, misalnya siswa yang mempunyai cacat secara fisik dapat memiliki rasa rendah diri.
ð Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian adalah unsur temperamen, perasaan, keinginan, kemampuan belajar, dan lain-lain. Selain itu, ada faktor sosiologis yang mampu memunculkan kepribadian individu. Faktor sosiologis, artinya sikap dan perilaku yang sesuai dengan perilaku kelompok.
Pembentukan kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh budaya dimana individu tersebut bertempat tinggal, dan faktor geografis. Misalnya, manusia yang hidup di daerah pegunungan atau pedesaan
akan mempunyai kepribadian secara umum yang berbeda dengan mereka yang hidup di tepi pantai.
Kepribadian juga berpengaruh terhadap berhasil-tidaknya seorang ayah terhadap anak dan istrinya, guru terhadap muridnya, manajer terhadap karyawannya, dan sebagainya. Mengapa demikian? Karena, selain sumber daya manusia secara kognitif teoritis yang harus dimiliki oleh para pemimpin tersebut sebagai bekal dalam memimpin, juga faktor panutan akan menjadi penentu mengenai keberhasilan mereka di dalam mengatur orang-orang yang dipimpinnya.
Adapun bagian budaya yang secara langsung mempengaruhi kepribadian seorang individu adalah sebagai berikut:
1) faktor kedaerahan dimana seseorang bertempat tinggal;
2) cara hidup;
3) budaya khusus berdasarkan pada kelas sosial;
4) dasar agama; dan
5) profesi.

3. Jenis-Jenis Media Sosialisasi
Keberhasilan sosialisasi suatu masyarakat memerlukan perantara. Melalui perantara atau media, individu mengenal perbendaharaan pengetahuan nilai dan norma di masyarakat. Karena melalui media itulah individu mengenal dunia sosial dan dapat mengenal masyarakat luar. Sosialisasi umumnya munculnya atas inisiatif orang-orang yang telah lama menjadi anggota masyarakat tertentu. Mereka kemudian disebut dengan istilah agen sosialisasi. Agen sosialisasi di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga juga merupakan tempat masa-masa awal seorang manusia yang lahir ke dunia, tempat individu pertama mendapatkan bekal tentang pengetahuan, nilai, dan norma yang ada di masyarakat.
Sosialisasi awal yang dialami individu dalam keluarga berperan penting dalam membentuk kepribadian individu. Keluarga adalah tempat anak mengalami pengalaman sosial yang pertama dan utama. Keluarga merupakan tempat memberikan identitas sosial awal, antara lain: mengenai jenis kelamin, suku, dan agama.

b. Teman Sepermainan
Teman sepermainan merupakan kelompok sebaya, yang terdiri atas sejumlah kecil orang yang memiliki umur hampir sama, mereka melakukan interaksi dengan frekuensi yang cukup tinggi atau sering  melakukan berbagai kegiatan bersama-sama. Biasanya tujuan kegiatan kelompok sebaya ini bersifat rekreatif.
Teman sepermainan merupakan media sosialisasi setelah keluarga. Para anggota kelompok seperti ini memiliki rasa saling memiliki satu sama lain dan senang melakukan kegiatan secara bersama-sama. Bagi kelompok usia remaja, teman sepermainan amat penting. Karena, dalam kelompok itu mereka mempelajari bagaimana berinteraksi dengan orang lain, tanpa pengawasan langsung dari orang tua dan guru.

c. Sekolah
Pada masyarakat yang masih sangat sederhana (primitif), keluarga merupakan lembaga yang paling dominan dalam proses sosialisasi. Akan tetapi, pada masyarakat yang sudah maju sebagian fungsi mensosialisasikan anak diganti oleh suatu lembaga formal yang disebut sekolah. Ada dua fungsi penting sekolah dalam proses sosialisasi, yaitu:
1) memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan
    daya intelektual agar siswa dapat hidup layak dalam masyarakat
2) membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam
    masyarakat.
Gillin dan Gillin menggolongkan bentuk-bentuk interaksi sosial ke dalam dua macam proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial, yaitu proses Asosiatif dan proses Disosiatif.

1) Proses Asosiatif
Proses asosiatif adalah proses yang cenderung menciptakan persatuan dan meningkatkan solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. Ada empat bentuk proses asosiatif, yaitu:
a) kerjasama kooperasi;
b) akomodasi;
c) asimilasi; dan
d) akulturasi.
2. Proses Disosiatif
Proses disosiatif adalah proses yang cenderung menciptakan perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. Ada dua bentuk proses disosiatif, yaitu:
a) kompetisi (persaingan); dan
b) konflik (pertentangan/pertikaian).

C. BENTUK-BENTUK INTERAKSI SOSIAL
1. Kerja sama (Kooperasi)
Kerjasama, artinya bergabungnya individu-individu atau sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu contohnya, yaitu kerja kelompok atau diskusi kelas. Kerjasama bisa juga terjadi antara pihak-pihak yang berlawanan atau bermusuhan (antagonistic cooperation). Contohnya, pada masa Perang Dunia II antara palang merah sekutu dengan palang merah Jerman bergabung, meskipun negaranya sedang dilanda kemelut permusuhan, tetapi mereka tetap bekerja sama dalam menolong prajurit.

2. Akomodasi
Akomodasi adalah usaha manusia untuk meredakan ketegangan akibat konflik atau pertikaian dalam rangka mencapai kestabilan.
Adapun tujuan dari akomodasi adalah:
a) Mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau kelompok akibat adanya
    perbedaan paham.
b) Mencegah meledaknya suatu pertentangan dalam sementara waktu yang
    memungkinkan kerjasama antara kelompok-kelompok sosial sebagai akibat factor
    sosial, psikologis, dan budaya.
c) Mengusahakan peleburan antara kelompok sosial yang terpisah.
3. Asimilasi (Asimilation)
Asimilasi, artinya proses ketika masing-masing individu atau kelompok yang sebelumnya saling berbeda perhatian dan pandangan yang sama.
Faktor-faktor penyebab terjadinya asimilasi adalah:
a) Adanya kelompok-kelompok manusia yang berbeda budayanya.
b) Adanya pergaulan antara manusia yang memiliki perbedaan.
c) Adanya penyesuaian budaya antara dua kelompok yang berbeda.

4. Akulturasi
Akulturasi adalah keadaan dimana unsur-unsur kebudayaan asing lambat laun diterima dan diolah ke dalam budaya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya asal. Subjek-subjek yang ada atau pelaku yang menyebabkan terjadinya akulturasi disebut agents of aculturation, misalnya pedagang dari Gujarat yang menyebarkan agama Islam di Indonesia.

5. Kompetisi atau Persaingan
Kompetisi atau persaingan adalah suatu bentuk perjuangan sosial yang berlangsung secara damai. Kompetisi bisa berubah menjadi konflik bila salah satunya merasa frustasi dalam kompetisi tersebut, kemudian berupaya untuk menjatuhkan lawannya sekalipun dengan cara yang sangat kasar.

6. Konflik atau Pertentangan
Konflik atau pertentangan adalah kompetisi yang hebat sehingga menimbulkan pertentangan karena diiringi dengan rasa benci, emosi, dan marah. Masing-masing pihak yang bertikai berupaya untuk saling menyerang, melukai, merusak, dan memusnahkan lawannya. Contohnya, tawuran antarpelajar, perang antaretnis.

D. PROSES INTERAKSI SOSIAL
Proses interaksi sosial adalah hubungan timbal balik dimana terdapat tujuan yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam kehidupan bersama. Kehidupan bersama ini dapat terdiri dari beberapa segi, baik dari segi ideologi, politik, hukum, dan sebagainya.
Pengaruh timbal balik antara gejala yang satu dengan yang lainnya pada dasarnya disebabkan karena hubungan manusia dengan manusia yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan. Dengan demikian, kegiatan interaksi social terjadi karena adanya kegiatan diri manusia dengan manusia yang lain.
Proses kelahiran manusia merupakan suatu makhluk yang belum lengkap dan masih lemah. Coba kamu bandingkan dengan anak bebek yang hari Minggu menetas dari telur, hari Selasa sudah bisa berenang dengan induknya, begitu juga dengan ayam. Bagaimana dengan manusia? Ia sampai usia 40 hari hanya bisa menangis. Kalau lapar, menangis, popoknya basah menangis, dan sebagainya.Agar potensi diri meningkat dan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia, manusia pertama-tama memerlukan kasih sayang dan perlindungan dari orang lain. Makin lama makin banyak proses sosial yang terjadi, sampai akhirnya manusia mencapai tingkat kedewasaan.
Apakah setelah mencapai tingkat kedewasaan manusia terhenti proses interaksi sosialnya? Tentu saja tidak. Justru yang terjadi pada diri manusia makin dewasa harus makin banyak dan luas proses interaksi yang terjadi. Apalagi kalau dihubungkan bahwa selain sebagai makhluk pribadi manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Ia tidak akan bisa menikmati hidup ini tanpa adanya hubungan timbal balik antara sesama manusia lainnya.
Pada diri manusia, selain proses sosialisasi, terjadi juga proses lain yang disebut proses enkulturasi atau proses pembudayaan, yaitu proses pembelajaran kebudayaan dengan mempelajari adat istiadat, bahasa, seni, agama, dan lain-lain. Baik-buruknya sifat, sikap, dan perilaku manusia tergantung dari proses pembelajaran.Hubungan antara proses interaksi sosial dengan proses enkulturasi harus sama-sama sejalan, searah, dan satu tujuan.
Proses pembelajaran diberikan supaya manusia dapat diterima dalam proses sosial di masyarakat. Sedangkan, proses sosial di masyarakat terjadi untuk menambah dan mendapatkan kedewasaan pada diri manusia supaya dapat bertanggung jawab dalam hidupnya, baik bertanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat maupun terhadap Tuhan.
KILASAN MATERI 
v      Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu yang  lain, antara individu dengan kelompok atau antara kelompok yang satu dengan kelompok lain.
v      Interaksi sosial merupakan dasar bagi muncul, bertahan, dan berubahnya kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sosial. 
v      Sosialisasi adalah suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan berupa cara-cara bertindak dan berinteraksi dalam masyarakat. 
v      Tahapan dalam proses sosialisasi adalah tahap persiapan, tahap meniru, tahap siap bertindak, dan tahap penerimaan norma kolektif. 
v      Kepribadian adalah ciri watak seorang individu yang konsisten memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang mandiri. 
v      Media sosialisasi di antaranya adalah keluarga, teman sepermainan, dan sekolah. 
v      Proses asosiatif adalah proses yang cenderung menciptakan persatuan dan meningkatkan solidaritas di antara masing anggota kelompok. 
v      Proses disosiatif adalah proses yang cenderung menciptakan perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. 
v      Bentuk-bentuk interaksi sosial adalah kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi, kompetisi atau persaingan, dan konflik atau pertentangan. 
v      Proses akulturasi adalah proses pembelajaran kebudayaan dengan mempelajari adat istiadat, bahasa, seni, agama, dan lain-lain.


Bevel: Jangan kau bersikap lemah, nanti kan diperas
Dan jangan kau bersikap keras, nanti kan dipatahkan


1 komentar:

Komentar