DINASTI-DINASTI KECIL PADA MASA PEMERINTAHAN BANI ABBASIYAH
A. Dinasti di Barat
Baghdad.
a. Dinasti Idrisi di Maroko (172 H-375 H / 788 M-985 M)
a. Dinasti Idrisi di Maroko (172 H-375 H / 788 M-985 M)
Kerajaan ini didirikan oleh Indris bin Abdullah, cucu
Hasan putra Ali. Dia adalah salah seorang tokoh bani Alawiyyin (nisyah Ali bin
Abu Thalib). Pada tahun 172 H/788 M, Idris dilantik sebagai imam, dan
terbentuklah kerajaan Idrisi dengan ibu kota Walila. Namun masa pemerintahannya
hanya bertahan selama 5 tahun.
Selanjutnya Idris bin Idris bin Abdullah (Idris II)
menggantikan ayahnya sebagai pemerintah (177 H/793 M). Dengan pusat
pemerintahannya dipindahkan ke Fes sebagai Ibu kota yang baru pada tahun 192 H.
Ketika Idris II wafat, Pemerintahannya diganti oleh
Muhammad Al-Muntashir (213 H / 828 M). Pada masa ini, kerajaan Idrisi
berpecah-pecah. Akibatnya kerajaan menjadi lemah, terutama selepas Muhammad
Al-Muntashir meninggal, pemerintahannya semakin rapuh.
Kerajaan indrisi adalah kerajaan Syiah pertama dalam
sejarah. Zaman kerajaan Indrisi (172-314 H/789-926 M) adalah suatu jangka waktu
yang cukup lama dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan yang lain. Dalam aspek
dakwahnya, Idrisi yang membawa Islam dan mampu meyakinkan penduduk Marocco dan
sekitarnya.
b. Dinasti Aghlabi
(184 H-296 H / 800 M-908 M).
Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab. Beliau
adalah anak pegawai Khurasan, tentara bani Abbasiyah. Pada tahun 179 H/795 M,
Ibrahim mendapatkan hadiah di daerah Tunisia dari Khalifah Harun Ar-Rasyid
sebagai imbalan kepada jasa-jasanya dan kepatuhannya membayar cukai tahunan.
Pada zaman kepeimpinananya Ibrahim berjaya mengadakan
perjanjian damai dengan kerajaan Idrisi, menjadikan kota Qairuwan sebagai ibu
kota pemerintahan serta membangun Al-Qadim. Ibrahim berjaya memadamkan
pertikaian antara Kharijiyah dan barbar.
Dinasti Bani Aghalab di perintah oleh 11
khalifah, antara lain:
1. Ibrahim (179 H/795 M)
2. Abdullah I (197 H/812 M)
3. Ziyaadatullah (210 H/817 M)
4. Abu Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M)
5. Muhammad I (226 H/841 M)
6. Ahmad (242 H/856 M)
7. Ziyaadatullah II (248 H/863 M)
8. Abu Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
9. Ibrahim II (261 H/875 M)
10. Abdullah II (289 H/902 M)
11. Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M)
1. Ibrahim (179 H/795 M)
2. Abdullah I (197 H/812 M)
3. Ziyaadatullah (210 H/817 M)
4. Abu Ilqal Al-Aghlab (223 H/838 M)
5. Muhammad I (226 H/841 M)
6. Ahmad (242 H/856 M)
7. Ziyaadatullah II (248 H/863 M)
8. Abu Al-gharaniq Muhammad II (250 H/863 M)
9. Ibrahim II (261 H/875 M)
10. Abdullah II (289 H/902 M)
11. Ziyaadatullah III (290-296 H/903-909 M)
c. Dinasti Thulun di
Mesir (254 H-292 H / 868 M-967 M)
Kerajaan Tuluni mewakili kerajaan pertama Mesir di Syiah
yang memperoleh anatomi dari Baghdat. Ahmad bin Tulun, seorang prajurit Turki.
Oleh karena itu, Ahmad bin Tulun, di besarkan dalam lingkungan tentara yang
tegas dan disiplin.
Pada tahun 254 H/868 M, Ibn Tulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad mengalami krisis, Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan Baghdad.
Pada tahun 254 H/868 M, Ibn Tulun dihantar ke Mesir sebagai wakil pemerintahan. Semasa Baghdad mengalami krisis, Ibn Tulun memanfaatkan situasi ini dan kemudian melepaskan Baghdad.
Dalam membangun negeri, beliau menciptakan stabilitas
keamanan dalam negeri. Selepas itu ia memperhatikan juga, di bidang ekonomi.
Dalam bidang keamanan, ia membangun angkatan perang, dengan kekuatan
tentaranya, memperluas wilayahnya hingga ke Syam.
Selepas Ibn Tulun (279 H/884 M), kepemimpinan diteruskan
oleh Khumarawaih (270 H/884 M), Jaisy (282 H /896 M), Harun (283 H/896 M) dan
Syaiban (292 H/905 M)
d. Dinasti Ikhsyidi
(323 H- 357 H / 934 M-967 M)
Pada tahun 232 H/935 M, panglima Turki bernama Muhammad
bin Tughj dilantik sebagai pemerintah di Mesir. Khalifah Ababsiah memberinya
gelar Ikhsidi sebagai mengikhtiraf kedudukan yang kuat.Strategi yang pertama
ikhsidi adalah mengkokohkan angkatan perang. Beliau diberi tanggung jawab
mentadbir wilayah Syam. Ikhsidi meninggal dunia pada tahun 936 M.
Pemerintahannya di tumbangkan oleh Jauhar Siqli dari
kerajaan Fatimiah. Pada tahun 358 H/969 M, kerajaan Ikhsidi berakhir .Sejarah
sumbangan kerajaan ini , ilmu pengetahuan dan budaya, lahirlah ilmuan seperti
abu Ishaq al-Mawazi, Hasan ibn Rasyid al-Mishrivdll. Ikhsidi juga mewariskan
bangunan megah seperti Istana al-Mukhtar di Raudah dan Taman Bustan al-Kafuri
dll.
e. Dinasti Hamdaniah
(317 H – 399 H / 929 M – 1009 M)
Ketika kerajaan Ikhsidi berkuasa di Utara Mesir, muncul
kerajaan lain yaitu kerajaan Hamdani yang berpaham Syiah. Nama kerajaan berasal
dari nama pendirinya yaitu, Hamdan ibn Hamdun, yang berasal dari suku arab
Taghlib.
Kerajaan ini terbagi menjadi dua pihak, Mosul dan Aleppo.
Pihak mosul dengan para pemerintahannya :
1. Abu al-Hayja Abdullah (293 H/905 M)
2. Nashir al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M)
3. Uddad al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
4. Ibrahim dan Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
2. Nashir al-Daulah al-Hasan (17 H/929 M)
3. Uddad al-daulah Abu taghlib (358 H/ 969 M)
4. Ibrahim dan Al-Husein (379-389 H/981-991 M)
Pihak alleppo dengan pemerintahannya
seperti :
1. Saif al-daulah Ali (33 H/945)
2. Sa’d al-daulah syarif I (356 H/967 M)
3. Sa’id al-daulah sa’id (381 H/991 M)
4. Ali II (392 H /1002 M)
5. Syarif II (394 H/1004 M)
1. Saif al-daulah Ali (33 H/945)
2. Sa’d al-daulah syarif I (356 H/967 M)
3. Sa’id al-daulah sa’id (381 H/991 M)
4. Ali II (392 H /1002 M)
5. Syarif II (394 H/1004 M)
Selepas tahun 356 H dan 358 H, kerajaan Hamdani merosot
dari tangan-tangan penggantinya. Pada umumnya mereka saling berebut kekuasaan
antara keluarga sendiri. Akibatnya mereka jatuh ketangan Kerajaan Fatamiah.
Kerajaan Hamdani terkenal sebagai pelindung sastera arab
terutama Saif al-Daulah. Beberapa tokoh ternama seperti al-Farabi, Al-Isfahani
dan Abu al-Firus. Kerajaan Hamdani adalah benteng kekuatan dari pada serangan
Rom ke wilayah kekuasaan islam.
B. Dinasti di Timur
Baghdad
a. Dinasti Tahiriyah (200 H-259 H / 820 M-872 M)
a. Dinasti Tahiriyah (200 H-259 H / 820 M-872 M)
Dinasti yang pertama mendirikan sebuah negara semi
indepeden disebelah timur Baghdad adalah orang yang pernah dipercaya oleh
Al-Ma’mun untuk menduduki jabatan jendral, yakni Thahir bin Al-Husayn dari
Khurassan, yang secara gemilang berhasil memimpin balatentara untuk melawan
Al-Amin.
Thahir
adalah keturunan budak Persia, pada tahun 820 M diangkat oleh Al-Mamun sebagai
gubernur atas semua kawasan di sebelah Timur Baghdad dengan pusat kekuasaannya
di Khurassan. Meski secara formal para penerus Thohir adalah pengikut khalifah,
mereka memperluas wilayah kekuasaannya hingga perbatasan India.
Mereka
memindahkan pusat pemerintahan ke Naisabur, dan disitu mereka berkuasa sampai
tahun 872 H, sebelum akhirnya digantikan oleh Dinasti Saffarriyah.
b. Dinasti Saffariyah
(254 H-289 H / 867 M-903 M)
Dinasti Saffariyah, yang bermula di Sijistan dan berkuasa
di Persia, didirikan oleh Yakub bin al Laits al shaffar. Al saffar menjadikan
pengrajin tembaga sebagai pekerjaannya dan merampok sebagai kegemarannya.
Perilakunya yang sopan dan efesien sebagai seorang kepala gerombolan perampok
telah menarik perhatian gubernur sijistan, yang kelak memeberinya kepercayaan
untuk memimpin balatentaranya. Al Saffar akhirnya menggantikan gubernur itu dan
berhasil memperluas wilayah kekuasaan hampir ke seluruh Persia dan kawasan
pinggiran India, bahkan mengancam kekuasaan Baghdad yang berada di bawah
pimpinan Khalifah al-Mu’tamid.
c.
Dinasti Samaniyah (261 H-389 H / 874 M-999 M)
Keluarga Samaniyah dari Transoxiana dan Persia adalah
orang-orang keturunan saman, yaitu seorang bangsawan dari Balkh. Pendiri
dinasti ini adalah Nashr bin Ahmad, cucu dari saman, tetapi figur yang
menegakkan kekuasaan dinasti ini adalah saudara Nashr, yaitu Ismail yang pada
tahun 900 H, berhasil merebut Khurassan dari genggaman dinasti Saffarriyah.
Ketika berada dibawah kepemimpinan Nashr II ( Ibn Ahmad ) yang berada di garis
keturunan ke 4 Sammaniyah yang pada awalnya merupakan kelompok para gubernur
muslim dibawah kekuasaan Dinasti Tahirriyah, berhasil memperluas kerajaan
hingga Sijistan, Karman, Jurjan, Rayyi, dan Tabaristan.
Dimata Baghdad, Sanawiyah adalah para amlr (gubernur)
atau bahkan amil, tetapi di mata rakyat, kekuasaan mereka tak terbantahkan.
Pada masa ini pula, ilmuanwan muslim yang termansyur, al-razi mempersembahkan
karya utamanya dalam dunia kedokteran, berjudul al-Mansyur. Pada masa ini pula,
pada periode Nuh II yang mengajukan pengembangan ilmu pengetahuan, Ibn Sina
muda tinggal di Bukhara dan memperoleh mengakses buku-buku. Disanalah ia
memperoleh lmu-ilmu yang tak ada habisnya. Sejak masa media ekspresi sastera,
dan berkat para penulis itulah sastra muslim Persia yang cenderung mulai
berkembang. Kendati merupakan dinasti yang paling cerah, Samaniyah tidak
terlepas dari kekurangan
d. Dinasti Ghazwani
Salah satu wilayanh samaniyah, sebelah selatan oxus,
perlahan-lahan di caplok oleh Dinasti Ghaznawi, yang berkuasa di bawah pimpinan
salah satu budak Turki.
Kebangkitan Dinasti Ghaznawi mempresentasikan kemenangan pertama Turki dalam persaingan dengan Iran untuk mencapai kekuasaan dalam islam. Meski dengan demikian, kekuasaan Ghanawi sama sekalli tidak berbeda dengan kekuasaan Samaniyyah atau Saffariyah. Ghazawi tidak ditopang dengan angkatan bersenjata, maka semuanya segara menemui kehancuran. wilayah-wilayah kekuasaan disebelah timur berangsur-angsur memisahkan diri dan muncullah dinasti-dinasti muslim independen, di utara dan barat seperti Dinasti Khan dari Thurkistan dan Saljuk dari Persia.
Kebangkitan Dinasti Ghaznawi mempresentasikan kemenangan pertama Turki dalam persaingan dengan Iran untuk mencapai kekuasaan dalam islam. Meski dengan demikian, kekuasaan Ghanawi sama sekalli tidak berbeda dengan kekuasaan Samaniyyah atau Saffariyah. Ghazawi tidak ditopang dengan angkatan bersenjata, maka semuanya segara menemui kehancuran. wilayah-wilayah kekuasaan disebelah timur berangsur-angsur memisahkan diri dan muncullah dinasti-dinasti muslim independen, di utara dan barat seperti Dinasti Khan dari Thurkistan dan Saljuk dari Persia.
Al-Hamdulillah!...
BalasHapus